Selasa, 11 Juni 2013

kisahku

Malam ini…
Ketika  aku mencek daftar hadir anak sekolah (absensi)
Aku tertahan pada satu nama yang beberapa hari ini tidak masuk kelas
Bukan karna banyak huruf a diabsennya
Tapi tanpa sengaja aku merindukan kehadirannya disekolah
Dia yang sedikit minder di antara teman-teman yang lain,
Namun semangat belajarnya yang tinggi membuatku salut dengan sosok anak laki-laki satu ini
Walaupun dia tidak termasuk golongan anak “pintar” dikelasku, namun dia mempunyai tekad yang kuat untuk belajar
Setiap kali dia bertanya tentang pelajaran yang aku ajarkan dengan begitu semangat, ketika pertanyaannya tidak sempat ku jawab karna sibuk menjawab teman-temannya yang lain
Dia selalu kepojok kelas dan menangis tersedu-sedu sambil memegang pensil dan buku yang kucel karna air mata dan genggam kemarahannya karna kecuekkanku yang tanpa sengaja,
Setelah aku dekati dan bertanya “ada apa nak?” dia hanya bisa menyerahkan buku tanpa bisa berkata-kata, karna susahnya mengatur nafas ketika menangis sambil berbicara, “nangisnya berhenti dulu, baru ibu ajarin” kataku sambil merapikan buku kucelnya, sambil melap air mata dengan lengan bajunya dia langsung mengambil pensil dan belajar kembali.
Pernah satu ketika 2 sahabatnya Firas dan Alfan memakai tas yang sama FC Barcelona, dia selalu menyentuh dan meminjam tas itu, ketika temannya mengambil dia bilang padaku, “Nanti aku beli tas barca juga bu”.
Aku jawab dengan semangat “iya,nanti pasti kamu punya tas yang sama” walaupun aku tau itu sulit untuk dia sekarang ini.
Masalah orang tuanya terlalu complicated, ayahnya seorang pecandu yang keluar masuk penjara, ibunya yang sedikit frustasi menurutku, karna terlilit hutang disana sini, mungkin karna itu juga dia tidak hadir di sekolah beberapa hari ini, karna tunggakkan spp yang begitu besar baginya.
Dulu ibunya juga pernah curhat tentang hidupnya dengan 2 anak dan suami yang seorang pecandu.
Waktu ayahnya baru keluar dari penjara si anak laki-laki itu bercerita dengan suka cita “Bu lia sekarang ayahku dirumah aja, ga ninggalin kami lagi” aku menjawab dengan senyum dan sedikit sentuhan di kepalanya tanda turut berbahagia, namun dalam hatiku sangat menyayangkan.

Maaf Nak bu Lia ga bisa bantu banyak, ibu hanya bisa bantu do’a agar Masa depanmu cerah dan bahagia, ibu harap kita bisa bertemu lagi dan semoga Tas Barcelona yang kamu inginkan ini sempat ibu berikan.
Salam peluk dan cinta kasih dari gurumu.

Kamis, 23 Mei 2013

Pengalaman dengan para "malaikat" kecilku


Kali ini aku bercerita tentang pengalaman mengajarku,
Biasa sihhhhh,,,tapi bagiku ini termasuk yang paling berkesan diantara hal-hal berkesan lainnya.
Siang itu aku mengajar Les dengan 5 anak yang berbeda wataknya.
Pertama Firas, anak ini berpikirnya dewasa banget kata-kata bijak, malah ga kaya anak-anak serius terus.
Kedua Aril, kalem tapi cengengnya subhanallah, ga bisa salah dikit.
Ketiga Yusuf niiiii anak pantes dibilang dewasa sebelum waktunya, atau istilah kita “karbitan” yang diomomginnya pacaran, cewe, dll. Sinetron banget.
Keempat Tama, anak ini jail luar biasa, bikin darah tinggi terus.
Yang kelima ini terakhir satu-satunya cewe namanya Salsa anak ini udah 2 tahun les denganku, ga tau apa alasannya dia suka banget sama aku, berapa kali dipindah sama yang lain ga mau, sebenarnya si Salsa ini udah pinter tapi kalo ngelamunnya kumat, tugas 1 menit selesai bisa berjam-jam aku ngembalikan fokusnya lagi.

Cerita ini dimulai ketika jam menunjukkan 11:30 waktu kami memulai les, siang itu kepalaku terasa sangat pusing, lalu aku melepaskan kerudungku, keluarlah rambutku yang hitam panjang  dan berponi itu.
Pertama salsa sama aril melihatnya terdiam tanpa sepatah kata, lalu datanglah tama, yang langsung ketawa sambil teriak-teriak saat melihatku, “ibu lia lucu,ibu lia lucu” dan seketika datang lah segerobolan anak yang mendengar terikkan tama.
Sambil cekikikan mereka berkomentar, “ibu lia beda ya” “bu lia aneh” bu lia kaya ayu ting2” “bu lia kaya syahrini” yang lebih parah “ko bu lia kaya kucing”
Dengan jengkel sembari tersenyum aku teriak “kembaliiiiiiiiiiiiii”,mereka yang mengerti kemarahan ku langsung lari terbirit-birit.
Tersisalah Salsa dikiriku, aril dikananku, firas disebrang aril, tama dan yusuf yang masih berdiri terus memandangiku.
Aku yang melihat yusuf melongok bengong didepanku langsung nyeletuk “kenapa suf? Naksir sama ibu lia?”
Yang lainnya langsung tertawa, tapi yusuf masih bengong menatapku, lalu timbullah pertanyaan dari salsa “ibu lia cita2nya apa?” belum sempat aku jawab firas nyahut “ih cita2 ibu liakan udah tua, ga cita2 lagi” jawabnya pada salsa yang disambut senyum malu salsa.
Tapi rasa penasaran juga ada didalam firas, “bu lia ko mau jadi kaya gini?” aku yang kaget langsung menjawab “kaya gini apa? Jadi guru?” kataku dengan wajah heran, sambil menunduk firas menjawab “iya bu kenapa mau jadi guru? Ga jadi model saja, kan enak, ga cape” katanya dengan khas dewasanya, si salsa ikut nyeletuk “iya bu kenapa ga jadi model” terus si aril juga ikut nimbrung “jadi artis aja bu” dengan semangat dan suara kerasnya tama ikut-ikutan “biar masuk tivi bu”.

Dengan tarikkan nafas panjang aku mulai senyum simpul manis kepada mereka, sekaligus memfokuskan perhatian mereka pada jawabanku “kenapa yah ibu lia jadi guru? Biar ketemu kalian terus tiap hari, nanti kalo ibu lia jadi artis bu lia ga bisa ketemu kalian lagi, kalian Cuma bisa liat di tivi, apa nanti ga ada yang kangen sama ibu lia?”
Semua terdiam, dan aku langsung mendapat pelukkan hangat dari salsa, dan senyum kasih sayang dari 4 jagoan kecil itu.
Kami pun melanjutkan pelajaran kami..


~tanpa sadar kalian banyak memberikanku pelajaran yang sangat berarti yaitu "pengalaman"~